Halaman

Minggu, 04 Desember 2011

Kembang Api di Langit Gelap




Author: nurwulan123
Leght: oneshot
Genre: romance
Cast:
  • Daniel
  • Rene
  • Raka
  • Gina
  • Mama Daniel



=====


Jakarta
Minggu, 10 Oktober 2010
22.30



Cie pengantin baru, kapan nih mau punya momongan ? hehe...

Akhirnya, setelah 5 tahun lo memimpikan pangeran Siwon lo. Lo bisa juga nikah sama orang yang (kata lo) mirip sama Siwon itu. Padahal sih menurut gw, gantengan gw daripada Siwon ato calon suami lo itu. Haha... peace !

By the way, maaf ya ! gw nggak bisa dateng pas pernikahan lo. Mendadak, gw mesti pergi ke NY. Semalem, pas gw nyampe dirumah, tiba-tiba bokap nelpon dan bilang kalau nyokap gw masuk rumah sakit. Alhasil, gw berangkat ke NY dengan penerbangan yang paling pagi. Maaf ya, gw nggak bisa nepatin janji gw buat jadi saksi lo dan cuma bisa nitip surat ini sama supir gw. Lo tenang aja, meskipun gw nggak ada disana, doa gw selalu bersama lo kok ! (haha... maaf ya, jadi nggak jelas gini).

Hmm... gw nggak bisa nulis surat yang lebih panjang lagi daripada ini. Lo tau sendiri, gw paling nggak bisa merangkai kata-kata seindah lo. hehe... Sekali lagi, selamat ya, Ne ! Jangan lupa sampein salam dan maaf gw buat pangeran Siwon lo itu. Eh, pangeran Raka deh ! haha... Rene, Raka.. haha... emang jodoh lo berdua ! :)

Your Best Friend

Daniel



"Jahat !" gumam Rene dengan air mata yang tanpa ia sadari, keluar dari mata indahnya.
"Siapa beib ?" tanya Raka.
"Hah ?" tanya Rene balik yang nggak sadar bahwa gumamannya tadi terdengar oleh Raka. Rene melihat kearah Raka yang berdiri membelakanginya dan segera menghapus air matanya begitu Raka membalikkan badannya.
"Barusan kamu ngomong jahat, siapa yang jahat ?" jelas Raka.
"Kedengeran ya ?" tanya Rene polos. "Ini si Daniel. Dia-kan uda janji mau jadi saksi aku, tapi dia malah nggak dateng ! Untung aja, kita uda siapin penggantinya, kalau ada apa-apa." lanjutnya.
"Ooh... Ya uda, sekarang kamu ganti baju dulu gih ! Aku-kan nggak mau melewatkan malem pertama begitu aja." ucap Raka sedikit menggoda.
"Apaan sih kamu ?!" bales Rene malu-malu. Wajahnya-pun memerah.

=====

New York
Senin, 11 Oktober 2010
09.00



"Mom, please... don't be sad. Aku nggak akan bisa pergi dengan tenang kalau mama masih nangis." ungkap laki-laki yang terbaring di tempat tidur itu, mencoba menegarkan hati ibundanya.
"Siapa orangtua pasti sedih kalau liat kondisi anaknya dalam keadaan seperti ini ?" bantah sang ibu yang terduduk di samping tempat tidur.
"I know mom. Setiap orang yang hidup, pasti akan kembali kepada-Nya, cuma waktunya aja yang beda-beda. Lagian, kan mama masih punya papa sama Ara." ucapnya sambil tersenyum.
Sang ibu masih saja tidak dapat menghentikan tangisannya.
"Mama jelek deh kalau nangis." ledeknya. "Ma, please jangan pernah nangis lagi di depan aku. Itu ngebuat aku nggak nyaman." pintanya sangat memohon.
"Ok, mulai sekarang mama nggak akan nangis lagi di depan kamu." janji sang ibu sambil menyeka air matanya. "Tapi kamu harus janji 1 hal. Kamu harus nurutin semua perintah mama buat perawat kamu. Kamu nggak boleh kabur-kaburan lagi kaya dulu."
"Huhfff... Jadi tahanan rumah sakit dong ? i dont like that mom, but... OK ! i can do it. Just for you, mom. hehe... Ayo dong mama senyum ! Jangan nangis lagi ya ?!" bujuk anak laki-laki itu, manja.
"Iya, iya. Mama nggak akan nangis lagi." ucap sang ibu sambil tersenyum.
"Mom..." kata anak laki-laki sambil menahan rasa sakit di perutnya.
"Iya Dan." jawab sang ibu.
"Mo" anak laki-laki itu tidak dapat meneruskan kata-katanya karena rasa sakit dari perutnya yang sangat parah. Sang ibu yang menyadari bahwa anaknya sedang kesakitan, segera menekan tombol agar dokter segera datang keruangan tersebut.
"Dan ? Daniel ? Tahan sebentar ya nak !" ungkap sang ibu, panik. Sang ibu terus menekan-nekan bel.

=====


Puncak
Sabtu, 1 Januari 2011
00.00



"HAPPY NEW YEAR !" teriakan Raka memenuhi halaman belakang villa itu.
'Tub... Tub... Tub' bunyi beberapa botol soft drink (yang sudah di kocok terlebih dahulu) terbuka.
Malam tahun baru itu dirayakan oleh Rene dan Raka bersama beberapa teman mereka dengan menghabiskan waktu di Puncak, di sebuah villa milik keluarga Raka. Cuaca yang sangat mendukung, memungkinkan mereka merayakan tahun baru di halaman belakang villa. Berbagai kembang api mulai bermunculan di langit hitam, mereka mulai bersulang dengan soft drink-soft drink yang sudah dituangkan di dalam gelas.
Rene berjalan menjauh dari kerumunan, dia merasakan hatinya terasa kosong. Sangat aneh sekali, padahal disana ada suami yang sangat dia cintai.
"Kenapa Ren ?" tanya Gina yang sudah berdiri disamping Rene, membuat Rene kaget.
"Eh, elo Gin ! Gw kira siapa. Ngagetin aja lo !" ungkap Rene tidak menjawab pertanyaan Gina.
"Elo kenapa malah menyendiri disini ? Bukannya gabung sama yang lain, disana !" tunjuk Gina kearah kerumunan.
"Biasa Gin." kata Rene. Selain Daniel, sahabat Rene lainnya adalah Gina.
"Merasa sendirian di tempat yang rame." bisik Gina, cukup terdengar oleh Rene.
"Hehe..." tawa Rene sekilas. Suasana diantara mereka menjadi sepi kembali.
"Sekarang Daniel lagi ngapain ya Gin ?" tanya Rene.
"Lo kangen sama Daniel, Ren ?" Gina balik bertanya.
"Emang lo nggak kangen sama Daniel ?" tanya Rene, lagi.
"Kangen sih, tapi kayaknya nggak sekangen lo ke dia." jawab Gina.
"Maksud lo ?"
"Rene, Rene... Kapan sih lo sadar ? Kalau lo itu sayang sama Daniel ?"
"Emang lo nggak sayang sama Daniel ?"
"Sayangnya gw ke Daniel, sama sayangnya elo ke Daniel itu beda Ren !"
"Beda gimana ?" tanya Rene, sambil melihat kearah Gina. Minta penjelasan.
"Ih ! Masa harus gw yang jelasin sih ! Kan elo yang ngerasain ! Tanya aja sama diri lo !" perintah Gina mulai sedikit kesel.
"Kalau gw sayang sama Daniel, dalam artian gw cinta sama Daniel. Trus cinta gw ke Raka apaan dong ? Cinta palsu ?" balas Rene yang sudah mencerna ucapan Gina.
"Hmm... Gimana ya ?" Gina mulai berfikir. Kembang api yang sudah menghilang dari langit, tiba-tiba muncul kembali. "Ah ! Lo liat deh ke langit !" lanjut Gina sambil menunjuk langit luas yang berada di hadapannya.
"Gelap." jawab Rene polos.
"Bukan itu maksud gw ! Lo liat-kan kembang api yang muncul disana ? Saat kembang api itu muncul, secara otomatis mata lo bakal tertuju ke kembang api itu dan melupakan langit yang kata lo gelap. Padahal langit nggak terlalu gelap, karena ada bulan dan bintang yang selalu berada disana. Tapi satu yang pasti, saat kembang api itu muncul, lo bakal nyuekin keindahan langit dengan bulan dan bintangnya dan lo lebih memilih buat ngelihat kembang api. Itu perbedaan rasa cinta lo ke Daniel sama Raka. Daniel itu seperti langit gelap. Selalu ada setiap malem, nggak peduli dalam keadaan panas, ujan, badai. Langit gelap pasti bakal kita temuin setiap hari. Keberadaannya kaya nggak penting buat kita, tapi sebenarnya itu sangat penting. Sedangkan Raka itu kaya kembang api. Bisa bikin hati lo seneng karena keindahannya, tapi dia juga cepet menghilang di langit."
"Elo bisa romantis juga ya Gin ?" ledek Rene.
"YA RENE ! Kan tadi elo yang minta penjelasan dari gw ! Kalau bukan karena lo, gw juga nggak mau ngomong kata-kata kaya tadi." sewot Gina.
"Haha... becanda Gin.." ungkap Rene.
"Tapi lo ngerti maksud gw-kan ?"
"Iya ngerti, kan ada kata-kata yang lo pake dari salah satu puisi gw !" sahut Rene.
"Eh, ketauan ya ? Hehe..."
"Haha... Orang tomboy kaya lo, nggak mungkin ngarang kata-kata romantis kaya gitu."
"Sialan lo !"
Rene dan Gina asik bercanda, tanpa menyadari kehadiran Raka yang berdiri didekat mereka, mendengar percakapan mereka berdua. Hati Raka terasa tersayat dan kenangan itu kembali muncul.

=====


1 Tahun yang lalu...
Jakarta
Sabtu, 23 January 2010
18.30



"Lo uda tau-kan soal itu?" tanya Raka kepada laki-laki yang sedang duduk dihadapannya, menikmati kopi.
"Tau apaan ?" laki-laki balik bertanya, pura-pura tidak mengerti maksud Raka.
"Rene cinta sama lo." ungkap Raka.
"Kalau iya kenapa ?"
"Kenapa lo malah ngebantuin dia buat pacaran sama gw ? Lo juga cinta sama dia-kan ?" Raka minta penjelasan dari laki-laki dihadapannya.
"Karena dia bakal lebih bahagia kalau sama lo daripada sama gw. Gw nggak mau egois dengan memiliki dia tapi ternyata dia malah nggak bahagia sama gw." jelas laki-laki itu.
"SHIT !" umpat Raka. "Lo cinta sama dia Dan ! Dia juga cinta sama lo ! Dua orang yang saling mencintai kalau bersatu pasti bahagia." lanjut Raka emosi, merasa dipermainkan oleh Daniel, laki-laki yang duduk dihadapannya.
"Nggak selalu Ka." jawab Daniel dengan sorot mata kepedihan.
"Why ?" tuntut Raka minta penjelasan lebih lanjut.
"Waktu awal-awal dia cerita ke gw tentang lo, gw juga nggak mau liat kalian bersama. Satu bulan setelah itu,   paman gw meninggal. Kanker hati. Bonyok gw langsung nyuruh gw sama Ara buat check up ke dokter. Bukan cuma kali itu, anggota keluarga nyokap meninggal gara-gara kenker. Bonyok takut kalau salah satu anaknya ngebawa gen kanker itu. Ternyata ketakutan mereka terbukti. Di tubuh gw ada sel kenker. Paru-paru, uda stadium 2. Sejak saat itu gw mulai ngebantuin Rene buat ngedeketin lo."
"Kenapa lo nggak meyakinkan Rene ? Kalau sebenarnya Rene itu cinta sama lo ?"
"Buat apa ? Supaya dia mau pacaran sama gw dan menikah sama gw ? Gw nggak mau ngelakuin itu kalau itu cuma bisa bikin dia sedih saat gw pergi dari dia buat selamanya."
"Terus mau lo sekarang apa ?"
"Gw mau lo serius ngejalanin hubungan sama dia. Bantu gw buat jagain dia. Gw janji sama lo, gw akan menghilang dari kehidupan kalian setelah kalian berdua menikah."
"Nikah ? Gw aja nggak kepikiran buat nikah sama dia."
"Jangan munafik Ka. Gw tau kalau lo uda punya pikiran buat ngelamar dia dari tahun baru kemarin."
"WHAT ? Elo ngebaca..." kalimat Raka terputus karena Daniel sudah menganggukkan kepalanya terlebih dahulu.
"By the way, lo tau dari siapa Rene suka sama gw ?" tanya Daniel.
"Gina. Elo ? Baca pikiran dia ya ?" tebak Raka.
"Haha... pikiran dia terlalu rumit buat gw baca. Dia sendiri aja, nggak yakin kalau dia suka sama gw. Yang yakinin gw kalau dia suka sama gw itu, Gina."
"Gila si Gina ! Tomboy-tomboy gitu, perasaannya peka juga. Haha..."
"Haha..."

=====

Jakarta
Senin, 19 September 2011
17.30



"Beibh ? Beibh ?" panggil Raka. Rene masih terdiam, pandangannya ke arah televisi, tapi tatapan matanya kosong
"Beibh ?" panggil Raka, lagi. Kali ini sambil menyentuh pundak Rene. Rene tersadar dari lamunannya.
"Kenapa beibh ?" tanya Rene.
"Kamu ngelamunin apaan mau magrib begini ? Nggak bagus buat kandungan kamu."

"Nggak ngelamunin apa-apa kok beibh." bantah Rene.
"Cinta, kamu nggak usa takut ya ! Walaupun mommy kamu ngelamun mulu, tapi ada Papi disini kok ! Kamu jangan takut kesepian ya cinta !" Raka bicara kepada kandungan Rene yang sudah memasuki bulan ke delapan itu. Rene hanya tersenyum melihat kelakuan suaminya.
"Papi tau, pasti mommy kamu itu lagi ngelamunin om Daniel." pancing Raka.
"Apaan sih beibh ? Aku nggak ngelamunin Daniel kok ! Buat apa aku ngelamunin tuan sok tau itu ?" Rene berhasil masuk pancingan Raka.
"Kamu itu nggak pandai ngeboong tau ! Kalau kamu mikirin Daniel juga nggak apa-apa. Aku nggak ngelarang kok beibh. Biar gimana-pun, kamu sama Daniel uda bertemen dari kecil. Jadi wajar aja kalau kamu mikirin dia. Apalagi kalian berdua hampir setahun nggak pernah ketemu."
"Aku kangen sama dia."
"Kamu mau nggak ketemu sama Daniel ?"
"Emangnya kamu bisa ? Nemuin aku sama Daniel ?"
"Bisa."
"BENERAN BEIBH ?" Teriak Rene, terlalu senang.
"Apa sih yang nggak buat kamu beibh." ucap Raka sambil tersenyum, tapi hatinya terasa perih.

=====

New York
Selasa, 8 November 2011
08.00



2 minggu sudah Rene dan Raka berada New York. Sampai detik ini mereka belum juga bertemu dengan Daniel. Rene sudah hampir menyerah. Namun, Raka terus memberinya semangat dan terus mencari Daniel ke seluruh kota. Raka tau, harus mencari Daniel kemana, tapi di setiap rumah sakit, tidak terdapat pasien yang bernama Daniel. Raka tau Daniel masih hidup. Gina pernah cerita ke Raka, kalau Gina masih sering kirim-kiriman email dengan Daniel. Raka-pun meminta email Daniel. Tiga hari sebelum Raka berangkat ke New York, Daniel membalas emailnya dan berkata kalau saat ini dia sedang menjalani masa perawatan yang menyiksa di sebuah rumah sakit di New York.
"Beibh, hari ini kamu check up kandungan kamu dulu ya !" usul Raka saat sarapan di apartment yang disewanya selama berada di New York.
"Iya beibh." jawab Rene.

---------

11.00




"Beibh, aku mau ke kamar mandi." pinta Rene manja saat sedang menunggu antrian di rumah sakit. Raka tersenyum dan segera bangkit dari tempat duduknya, membantu Rene berdiri.
---------



Merasa bosan kalau kembali ke ruang tunggu, Rene meminta Raka untuk menemaninya berjalan-jalan sebentar di taman rumah sakit. Mereka berdua duduk disalah satu kursi taman. Raka asik mengobrol dengan anak mereka yang masih berada di kandungan Rene. Rene sendiri malah asik menjelajahkan matanya keseluruh taman. Tatapan Rene terpaku kepada seorang laki-laki sangat kurus yang duduk disebuah kursi roda yang membelakanginya.
Seorang wanita setengah baya mendekati pria itu. Rene sangat mengenal wanita itu. Wanita yang sering ditemuinya waktu Rene masih kecil. Wanita yang selalu dipanggilnya Mama Dan. Wanita yang selalu berada di rumah Daniel. Ya, wanita itu mamanya Daniel.
"Mama Dan." ucap Rene.
"Siapa beibh ?" tanya Raka, segera menegakkan badannya. Rene tidak menjawab, tapi dia terbangun dari tempat duduknya dan menghampiri dua orang yang sedang asik berbincang itu.
"Mama Dan." sapa Rene tanpa ragu. Wanita yang merasa namanya di panggil segera menengok, begitu juga laki-laki yang duduk di kursi roda.
Rene merasa semuanya bergoyang dan gelap. Raka yang berada tidak jauh dari Rene segera menangkap tubuh Rene yang ambruk ketanah.

---------



16.00



Perlahan Rene membuka matanya. Dilihatnya sosok laki-laki yang duduk di kursi roda di sebelah tempat tidurnya.
"Daniel ?" ucap Rene.
Daniel mengangkat kepalanya, tersenyum saat melihat Rene. Rene tidak bisa menahan air matanya. Rene terlalu sedih melihat sosok Daniel saat ini. Laki-laki yang tahun lalu masih terlihat gagah, kini berada di depannya dengan kondiri yang sangat mengenaskan. 'bukan, bukan mengenaskan. Lebih dari mengenaskan !' kata Rene dalam hati.
"Apa kabar ?" tanya Daniel.
Bukannya menjawab, air mata Rene malah semakin mengalir deras. Daniel mencoba menggerakkan kedua tangannya, mencoba menghapus air mata dari wajah Rene. Rene menggenggam tangan Daniel yang kurus, ingin merasakan kehangatan tangan Daniel.
"Jahat !" isak Rene.
"Maaf... Aku nggak mau kamu liat kondisi aku yang seperti ini." jelas Daniel.
"Tapi elo nggak harus menghilang begitu aja dari hadapan gw !" omel Rene.
"Kalau aku nggak mengilang, aku takut kamu akan seperti saat ini. Terus menangis. Aku nggak mau liat wajah cantikmu sedih." ungkap Daniel sedikit ngegombal.
"Jelek ! Masih bisa ya ngegombal ?"
"Hehe... Itu mah nggak akan bisa hilang sampe kapanpun."
"Sebenarnya elo...." Rene ragu-ragu melanjutkan kalimatnya.
"Kanker paru-paru." jawab Daniel.
"Tapi elo-kan-"
"Iya, aku emang nggak pernah ngerokok. Ini faktor gen." ucap Daniel memutus kalimat Rene. Air mata Rene yang sempet berhenti mengalir lagi dengan deras.
"I-love you." kata Rene terbata di sela isak tangisnya.
"Love you too." bales Daniel sambil tersenyum.
Raka mengintip kejadian tersebut dari jendela kecil di pintu. Dia-pun tak sanggup lagi untuk menahan air matanya.

=====

New York
Sabtu, 12 November 2011
15.00



Langit gelap menyelimuti pemakaman sore ini. Semua orang yang hadir tenggelam dalam kesedihan. Sosok laki-laki yang ramah dan sopan itu tidak akan mereka temui lagi untuk selamanya. Tanah kuburan mulai tertutup kembali. Beberapa orang mulai menaruh bunga-bunga yang mereka beli dan beranjak meninggalkan kuburan.

Tinggal Rene, Raka, Ara, dan orangtua Daniel yang berada disana. Saling menguatkan satu sama lainnya.
Tentu saja, Rene yang paling terpukul atas kejadian tersebut.

---+---+---
Kemarin pagi, Rene baru saja melahirkan putra kembarnya. Rene membawa putra kembarnya itu ke kehadapan Daniel. Daniel meminta Rene dan Raka untuk menamai salah satu bayi mungil itu dengan namanya, Daniel. Dengan lapang dada, Raka menyetujui hal tersebut. Tentu saja senyum terkembang dari wajah Daniel. Senyum terakhir dalam hidupnya.
Setelah senyuman itu, Daniel merintih kesakitan. Dokter langsung membawanya ke ruang UGD. Namun, nyawa Daniel tidak dapat ditolong.
---+---+---

Ara dan orangtuanya mengajak Rene dan Raka untuk pergi meninggalkan pemakamanan. Bukannya mengikuti Ara dan orangtuanya, Rene malah terduduk di depan nisan Daniel. Raka-pun menemani istrinya.
"Gw janji Dan, gw bakal hidup bahagia sama Raka dan anak-anak gw. Itu yang lo mau-kan ? Maaf, gw terlalu bodoh untuk menyadari bahwa gw sebenarnya sayang sama lo..." Rene tidak dapat menguasai dirinya lagi, air matanya ternyata masih cukup banyak untuk dia keluarkan. Raka dengan lembut menghapus air mata Rene dengan sapu tangannya dan menuntun Rene untuk kembali berdiri.
"Selamat tinggal Dan." ucap Rene terakhir. Mulai melangkahkan kakinya meninggalkan pemakaman itu. Tempat istirahat Daniel sampai hari akhir nanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar